Hakikat Istidraj

Hakikat Istidraj

Hakikat Istidraj

  • Pondok Sanad

  • 10 minute read

Keajaiban khawariqul adat yang muncul dari selain nabi adakalanya adalah karomah atau Istidroj. Ada dua kisah menarik berkenaan dengan karomah dan istidraj yaitu kisah Ashif dan Bal`am.

Ashif bin Barkhiya adalah seorang hamba yang shaleh. Dia adalah  lelaki yang menghadirkan singasana Ratu Balqis ke hadirat Baginda Nabi Sulaiman as dalam sekejap. Ia memiliki satu ilmu istimewa, pengetahuan mengenai Nama Allah teragung (ismul a`dzom). Nama yang dengannya segala macam doa dapat terkabulkan segera. Beliau  menggunakan keistimewaannya ini untuk melayani nabi dan menolong agama Allah ๏ทป. Keistimewaan inilah yang dinamakan karomah.

Di kurun waktu berbeda, hidup seorang hamba shaleh bernama Bal`am bin Ba`uro. Keistimewaan yang dimilikinya tidak kalah dari Ashif, mengetahui Nama Allah teragung. Ketika mendengar bahwa Nabi Musa as tengah bergerak menuju daerahnya, Raja yang menguasai daerah Bal`am ketakutan. Ia meminta Bal`am berdoa untuk kekalahan Nabi Musa as. Bal`am yang shaleh tentu menolak. Tidak kehabisan akal, raja meminta bantuan istri Bal`am dengan iming-iming hadiah menggiurkan. Setelah didesak istri, akhirnya Bal`am berdoa untuk kekalahan Nabi Musa as. Akibatnya Nabi Musa as berserta kaumnya tersesat di Tih (Sinai) selama 40 tahun. Allah ๏ทป pun murka, dan mencabut keimanan dari Bal`am sehingga ia mati dalam keadaan kafir naudzu billahi min dzalik. Bal`am pun dijadikan permisalan di dalam al Quran sebagai manusia bermental anjing :

ูˆูŽู„ูŽูˆู’ ุดูุฆู’ู†ูŽุง ู„ูŽุฑูŽููŽุนู’ู†ูŽุงู‡ู ุจูู‡ูŽุง ูˆูŽู„ูŽูƒูู†ู‘ูŽู‡ู ุฃูŽุฎู’ู„ูŽุฏูŽ ุฅูู„ูŽู‰ ุงู„ู’ุฃูŽุฑู’ุถู ูˆูŽุงุชู‘ูŽุจูŽุนูŽ ู‡ูŽูˆูŽุงู‡ู ููŽู…ูŽุซูŽู„ูู‡ู ูƒูŽู…ูŽุซูŽู„ู ุงู„ู’ูƒูŽู„ู’ุจู ุฅูู†ู’ ุชูŽุญู’ู…ูู„ู’ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูŠูŽู„ู’ู‡ูŽุซู’ ุฃูŽูˆู’ ุชูŽุชู’ุฑููƒู’ู‡ู ูŠูŽู„ู’ู‡ูŽุซู’ ุฐูŽู„ููƒูŽ ู…ูŽุซูŽู„ู ุงู„ู’ู‚ูŽูˆู’ู…ู ุงู„ู‘ูŽุฐููŠู†ูŽ ูƒูŽุฐู‘ูŽุจููˆุง ุจูุขูŠูŽุงุชูู†ูŽุง ููŽุงู‚ู’ุตูุตู ุงู„ู’ู‚ูŽุตูŽุตูŽ ู„ูŽุนูŽู„ู‘ูŽู‡ูู…ู’ ูŠูŽุชูŽููŽูƒู‘ูŽุฑููˆู†ูŽ 

Dan kalau Kami menghendaki, Sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi Dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, Maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya Dia mengulurkan lidahnya (juga). demikian Itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami. Maka Ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir. (QS al A`raf 176)

Keistimewaan Bal`am yang berakhir dengan hukuman inilah yang dinamakan dengan Istidraj.

Kedua kisah ini mengajarkan salah satu satu cara untuk membedakan antara karomah dan istidraj. Karomah senantiasa digunakan  untuk kebaikan dalam agama berbeda dengan istidraj yang seringkali disalah-gunakan untuk kepentingan pribadi.

Selain itu karomah hanya dimiliki oleh para wali. Seorang wali adalah hamba yang senantiasa menjalankan amal shaleh, berakidah lurus, dan berittiba kepada Nabi ๏ทบ. Jadi keajaiban yang muncul dari orang tidak beragama yang terang-terangan berbuat maksiat, seperti kemampuan memakan api dan kaca, kebal dari senjata dan lainnya, jika muncul dari pelaku maksiat maka itu adalah istidraj.

Perbedaan lainya, munculnya karomah tidak membuat senang para wali, tidak pula membuat mereka bangga diri sehingga memandang rendah orang lain. Berbeda dengan Istidraj. Imam Ar Razi dalam Tafsirnya mengatakan, โ€œPemilik karomah tidak merasa senang dengan munculnya karomah. Bahkan ketika muncul karomah, rasa takut kepada Allah ๏ทป semakin besar dan kewaspadaan dari kuasa Allah semakin kuat. Ia takut keistimewaan itu adalah istidraj. Adapun orang yang mendapatkan istidraj, ia merasa senang dengan keajaiban yang muncul dari tangannya. Ia mengira bahwa keistimewaan itu adalah karomah dan merasa pantas untuk mendapatkannya. Di saat itulah ia meremehkan orang lain dan merasa sombong. Ia merasa aman dari makar Allah dan kemungkinan akan dibalik keadaannya oleh Allah kepada keadaan yang buruk. Jika salah satu dari sifat-sifat ini muncul dari pemilik karomah itu menunjukan bahwa hakikatnya keistimewaannya adalah istidraj bukan karomah.โ€

Maka ketika kita melihat munculnya khawariqul adat dari seseorang, jangan tergesa menggangapnya sebagai wali. Tinjaulah terlebih dahulu bagaimana ia menyikapi karomahnya dan bagaimana tingkat ketundukannya pada aturan al Quran dan Sunnah. Imam Junaid ra mengatakan:

ู„ูŽูˆู’ ุฑูŽุฃูŽูŠู’ุชูู…ู ุงู„ุฑู‘ูŽุฌูู„ูŽ ูŠูŽู…ู’ุดููŠู’ ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู’ู…ูŽุงุกู ุฃูŽูˆู’ ูŠูŽุทููŠู’ุฑู ูููŠ ุงู„ู’ู‡ูŽูˆูŽุงุกู ููŽู„ูŽุง ุชูŽุบู’ุชูŽุฑู‘ููˆู’ุง ุจูู‡ู ุญูŽุชู‘ูŽู‰ ุชูŽู†ู’ุธูุฑููˆู’ุง ุญูŽุงู„ูŽู‡ู ุนูู†ู’ุฏูŽ ุงู„ู’ุฃูŽู…ู’ุฑู ูˆูŽุงู„ู†ู‘ูŽู‡ู’ูŠู

Jika kalian melihat seorang dapat berjalan di atas air, atau terbang di angkasa jangan kau tertipu dengannya sampai kau lihat bagaimana keadaannya dalam menyikapi perintah dan larangan Allah.

Makna Istidraj

Khawariqul adat yang diberikan kepada orang yang bukan ahlinya hanyalah salah satu dari bentuk Istidraj. Istidraj sendiri secara bahasa maknanya adalah mendekat perlahan, langkah demi langkah. Diambil dari kata daroj yang artinya adalah tangga. Tangga tidak bisa dilewati kecuali langkah demi langkah. Maksud dari istidraj adalah hukuman pada seorang hamba yang dimurkai berupa kelebihan atau kesenangan yang menjadikannya mendekat perlahan menuju kebinasaan.

Maka jangan anda heran apabila melihat seorang kafir atau seorang zalim yang kaya raya, selalu sehat dan sejahtera. Itu adalah istidraj, cara Allah untuk menghukum dengan kesenangan di dunia. Perlahan mereka mendekati kebinasaan tanpa disadari, dan pada akhirnya segala kesenangan itu diganti dengan azab yang pedih setelah kematian. Allah ๏ทป berfirman:

ูˆูŽุงู„ู‘ูŽุฐููŠู†ูŽ ูƒูŽุฐู‘ูŽุจููˆุง ุจูุขูŠูŽุงุชูู†ูŽุง ุณูŽู†ูŽุณู’ุชูŽุฏู’ุฑูุฌูู‡ูู…ู’ ู…ูู†ู’ ุญูŽูŠู’ุซู ู„ูŽุง ูŠูŽุนู’ู„ูŽู…ููˆู†ูŽ

Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, nanti Kami akan menarik mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan), dengan cara yang tidak mereka ketahui. (QS an A`raf: 182)

Nabi ๏ทบ bersabda:

ุฅูุฐูŽุง ุฑูŽุฃูŽูŠู’ุชูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ูŽ ูŠูุนู’ุทููŠ ุงู„ู’ุนูŽุจู’ุฏูŽ ู…ูู†ู’ ุงู„ุฏู‘ูู†ู’ูŠูŽุง ุนูŽู„ูŽู‰ ู…ูŽุนูŽุงุตููŠู‡ู ู…ูŽุง ูŠูุญูุจู‘ู ููŽุฅูู†ู‘ูŽู…ูŽุง ู‡ููˆูŽ ุงุณู’ุชูุฏู’ุฑูŽุงุฌูŒ ุซูู…ู‘ูŽ ุชูŽู„ูŽุง ุฑูŽุณููˆู„ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ { ููŽู„ูŽู…ู‘ูŽุง ู†ูŽุณููˆุง ู…ูŽุง ุฐููƒู‘ูุฑููˆุง

Jika engkau melihat Allah memberikan kepada seorang hamba apa yang ia senangi daripada dunia atas perbuatan-perbuatan maksiatnya, itu hanyalah istidraj. Kemudian Rasulullah ๏ทบ membaca ayat :

ููŽู„ูŽู…ู‘ูŽุง ู†ูŽุณููˆุง ู…ูŽุง ุฐููƒู‘ูุฑููˆุง ุจูู‡ู ููŽุชูŽุญู’ู†ูŽุง ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ูู…ู’ ุฃูŽุจู’ูˆูŽุงุจูŽ ูƒูู„ู‘ู ุดูŽูŠู’ุกู ุญูŽุชู‘ูŽู‰ ุฅูุฐูŽุง ููŽุฑูุญููˆุง ุจูู…ูŽุง ุฃููˆุชููˆุง ุฃูŽุฎูŽุฐู’ู†ูŽุงู‡ูู…ู’ ุจูŽุบู’ุชูŽุฉู‹ ููŽุฅูุฐูŽุง ู‡ูู…ู’ ู…ูุจู’ู„ูุณููˆู†ูŽ

Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, Maka ketika itu mereka terdiam berputus asa. (QS al An`am: 44) (HR Ahmad)

Tanda istidraj adalah tidak dapat melihat aib-aib diri. Bisa jadi ia dibutakan oleh banyaknya pujian dan pengikut yang tunduk kepadanya. Ia berpikir jika ia sesat tidak mungkin manusia yang banyak ini mengikutinya. Orang ini tertipu dengan banyaknya pengikut, ia lupa bahwa Firaun pun banyak pengikut dan pemujanya namun semua itu tidak memberikan manfaat di akhirat.

Adapula yang dibutakan dengan banyaknya ibadah dan kezuhudannya. Ia mengira bahwa dirinya wali yang dicintai Allah ๏ทป. Kemudian Allah ๏ทป memberikan kepadanya khawariqul adat yang ia kira karomah padahal itu istidraj. Ini membuatnya semakin lalai dan mulai memandang rendah orang lain. Bahkan terkadang ia mengira dirinya adalah seorang quthub, pemimpin para wali; tiada seorang pun menyamai kedudukannya. Seakan ia lupa kisah Bal`am seorang yang mengetahui Nama Allah yang teragung, namun Allah ๏ทป umpamakan di dalam al Quran sebagai manusia bermental anjing.

Orang yang sadar akan selalu merendah dalam melakukan ketaatan kepada Allah, ia selalu takut keadaanya dirubah di masa depan menjadi buruk.

Penyebab istidraj

Istidraj adalah hukuman bagi mereka yang tidak bersyukur atas anugrah yang Allah ๏ทป berikan, dengan disertai rasa aman dari makar Allah ๏ทป. Imam Hammad ra pernah berkata:

ุฅูู†ู‘ูŽ ุงุจู’ู†ูŽ ุนูู…ูŽุฑูŽ ุณูุฆูู„ูŽ ุนูŽู†ู ุงู„ู’ุงูุณู’ุชูุฏู’ุฑูŽุงุฌูุŒ ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ: ุฐูŽุงูƒูŽ ู…ููƒู’ุฑูŽู‡ูŒ ุจูุงู„ู’ุนูุจูŽุงุฏู ุงู„ู’ู…ูุถูŽูŠู‘ูุนููŠู’ู†

Sahabat Ibnu Umar pernah ditanya mengenai istidraj. Beliau berkata, โ€œItu adalah kemustian bagi hamba yang menyiakan (tidak bersyukur).โ€

Setiap orang diberikan istidraj sesuai dengan kesenangan yang ia angankan. Ada yang diberi istidraj berupa kekuasaan dan tunduknya manusia di bawah perintahnya, Ada pula yang berupa kedekatan dengan para penguasa sehingga pendapatnya didengar oleh mereka; kelancaran perdagangan dan keluasan harta; istri yang cantik dan keturunan yang melimpah; banyaknya pengikut dan pendukungnya; dihormati karena sebab ilmunya, dipuji, diagungkan dan didengar suaranya; kekuatan dalam beribadah disertai rasa ujub, bahkan ada yang  diberi istidraj dengan bertambahnya makrifat.

Ada satu kesamaan dari mereka yang diberi istidraj, mereka tidak pernah lepas dari perasaan riya dan sombong. Mereka merasa pasti bahwa semua perbuatannya adalah baik dan tidak menyadari bahwa mereka sedang berada dalam istidraj.

Sebagian orang yang diberi istidraj ada yang sadar untuk kemudian kembali kepada Allah ๏ทป. Dan sebagian lagi ada yang dibiarkan dalam istidraj sampai kematiannya menjemput. Allah ๏ทป berfirman :

ูˆูŽู„ูŽุง ุชูŽู…ูุฏู‘ูŽู†ู‘ูŽ ุนูŽูŠู’ู†ูŽูŠู’ูƒูŽ ุฅูู„ูŽู‰ ู…ูŽุง ู…ูŽุชู‘ูŽุนู’ู†ูŽุง ุจูู‡ู ุฃูŽุฒู’ูˆูŽุงุฌู‹ุง ู…ูู†ู’ู‡ูู…ู’ ุฒูŽู‡ู’ุฑูŽุฉูŽ ุงู„ู’ุญูŽูŠูŽุงุฉู ุงู„ุฏู‘ูู†ู’ูŠูŽุง ู„ูู†ูŽูู’ุชูู†ูŽู‡ูู…ู’ ูููŠู‡ู ูˆูŽุฑูุฒู’ู‚ู ุฑูŽุจู‘ููƒูŽ ุฎูŽูŠู’ุฑูŒ ูˆูŽุฃูŽุจู’ู‚ูŽู‰

Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami cobai mereka dengannya. dan karunia Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih kekal. (QS Thaha: 131)

Yang dimaksud dengan cobaan dalam ayat di atas adalah istidraj.

Cara membedakan anugrah dan istidraj

Banyak orang yang diberikan istidraj tanpa disadari. Ia mengira kenikmatan yang diterima adalah anugrah dari Allah padahal itu adalah istidraj. Untuk itu sangat penting bagi kita untuk memilah antara anugrah dan istdraj. Syaikh Ibnu Qoyim  al Jauziyah dalam Madarikus Salikin memberikan beberapa kriteria untuk membedakan antara anugrah dan istidraj. Di antaranya adalah:

  1. Setiap kekuatan dzahir atau batin yang disertai dengan semangat untuk melakukan perintah Allah ๏ทป serta hal-hal yang dapat membuat Allah ๏ทป ridho, itu adalah anugrah. Jika tidak maka itu adalah istidraj.

  2. Setiap hal (keadaan batin) yang mempengaruhinya untuk menolong agama Allah dan berdakwah di jalan Allah maka itu adalah anugrah. Jika tidak maka itu adalah istidraj.

  3. Setiap harta yang disertai dengan sedekah di jalan Allah tanpa mengharap imbalan atau ucapan terima kasih, itu adalah anugrah. Jika tidak maka itu adalah istidraj.

  4. Setiap masa luang yang disertai dengan kesibukan untuk melakukan apa yang dikehendaki Allah dari hamba-Nya. Itu adalah anugrah.

  5. Setiap penerimaan, penghormatan, dan kecintaan manusia kepadanya yang disertai dengan kerendahan hati kepada Allah, rasa hina dan sedih hati karena mengetahui aib diri, serta diiringi dengan penyampaian nasihat kepada manusia maka itu adalah anugrah.

  6. Setiap mata hati, nasihat dan makrifat yang diberikan Allah ๏ทป kepada hambanya yang disertai dengan ibrah (mengambil pelajaran), tambahan dalam akal dan iman, itu adalah anugrah.

  7. Setiap kebersamaan dengan Allah ๏ทป atau maqom yang disertai dengan usaha untuk terus berjalan menuju Allah ๏ทป dan mengutamakan kehendak Allah atas kehendak nafsunya maka itu adalah anugrah. Adapun kebersamaan atau maqom yang membuat ia diam dan merasa puas dengan maqam itu, mengutamakan keinginan nafsu dan senangnya nafsu dengan maqom itu maka itu adalah istidraj.

Itulah beberapa karakteristik yang bisa dijadikan pedoman untuk membedakan anugrah dan istidraj.

Mewaspadai istidraj

Waspada terhadap istidraj merupakan salah satu sifat orang beriman sebagaimana  ketiadaan rasa takut dari istidraj bersama dengan terus-menerus berbuat buruk merupakan salah satu sifat orang kafir. Istidraj itu beragam sesuai dengan keadaan seorang hamba. Istidraj bagi seorang pendosa adalah ketika ia merasa senang dengan dosanya. Istidraj bagi seorang penuntut ilmu adalah ketika ia menghendaki kehormatan dan kedudukan dengan ilmunya. Istidraj bagi seorang yang tekun beribadah adalah ketika ia mengharap-harap mendapatkan karomah. Istidraj bagi orang-orang suci adalah ketika ia tenggelam dalam makrifatnya (pengetahuannya tentang Allah) namun lalai pada Sang pemberi makrifat. Istidraj suatu umat atau rakyat adalah ketika menghina kebenaran dan durhaka kepada perintah Allah. Mereka semua diberikan istidraj tanpa disadari karena melihat anugrah Allah ๏ทป terus-menerus dilimpahkan kepada mereka.

Seorang hamba yang kokoh keilmuanya tidak pernah merasa aman dari makar Allah ๏ทป (kemungkinan ia akan dibalik keadaannya oleh Allah kepada keadaan yang buruk). Ia selalu merasa takut kepada Allah dengan sungguh-sungguh dan menghindari segala dosa baik besar mau pun kecil. Ketika beribadah ia sadar sepenuhnya bahwa dirinya adalah lemah dan tidak mungkin dapat beribadah kecuali karena petunjuk Allah ๏ทป sehingga ia terhindar dari riya dan ujub. Tidak terlena dengan banyaknya ibadah yang dilakukan. Ia senantiasa berprasangka buruk kepada nafsunya dan berprasangka baik kepada orang lain.

Janganlah tertipu dengan segala hal yang ada pada diri walau pun hal itu mirip sifat-sifat para wali. Syaikh Ahmad ar Rifa`i al Kabir mengatakan, โ€œTerkadang Allah ๏ทป menghiasi musuh-musuh-Nya dengan pakaian kewalian dan kesucian sehingga mereka tertipu dengan waktu-waktu mereka yang bersih (penuh dengan ibadah). Mereka mengira bahwa mereka termasuk para wali-Nya padahal itu adalah istidraj dari Allah.

Terkadang Allah hiasi mereka dengan berbagai kemuliaan, kedudukan, kekuasaan dan posisi di sisi manusia. Lalu mereka terlena dengan pujian manusia kepadanya. Ia mengira termasuk orang yang diutamakan Allah padahal ini juga adalah bentuk istidraj dari Allah bagi mereka.

Begitulah pula kadang Allah ๏ทป menghiasi mereka dengan hikmah pengetahuan. Lalu mereka tertipu dengan kafasihan lisannya serta kecerdasan dalam memahami sesuatu. Mereka mengira menguasai segala hakikat ilmu padahal itu adalah istidraj dari Allah.

Terkadang Allah melimpahkan dengan berbagai jenis kenikmatan. Menenggelamkan dalam limpahan berbagai kemewahan. Kemudian mereka tertipu dengan kesenangan dan kehidupan mereka yang baik itu. Mereka mengira bahwa mereka memiliki kedudukan di sisi Allah, padahal ini tak lain adalah istidraj.

Blog Tarbiyah Waddaโ€™wah Rabithah Alawiyah
https://rabithahalawiyah.org/blogs

    ยฉ Copyright Pondok Sanad 2025

    Powered by Pondok Sanad